Minggu, 19 April 2009

TEORI KOGNITIF SOSIAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN ANAK

TEORI KOGNITIF SOSIAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN ANAK





I. Dasar-dasar Sosial Bagi Aktivitas Pendidikan

· MODELING / Belajar Model

Pada masa kanak-kanak ini, perilaku anak sangat dipengaruhi oleh modelnya. Atau dengan kata lain anak belajar model. Monks, dkk(1989) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan belajar model adalah proses menirulan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik itu dilakukan secara sadar maupun tidak. Sinonim belajar model adalah imitasi, identifikasi dan belajar melalui observasi. Selanjutnya Monks, dkk(1989) membedakan antara imitasi dan identifikasi. Imitasi lebih berhubungan dengan menirukan secara mentah-mentah sedangkan identifikasi menirukan hal-hal yang lebih esensial seperti sifat-sifat kepribadian orang lain.

Pertama kali yang menjadi model perilaku anak adalah orang tua, setelah anak bertambah usianya dan mulai masuk sekolah, anak mulai mengidentifikasikan perilaku guru atau bahkan orang tua dari anak lain. Kemudian Televisi, buku-buku, majalah dapat juga menawarkan model perilaku anak.



· PENGETAHUAN SOSIAL

Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama. Contoh pengetahuan ini adalah aturan, hukum, moral nilai, sistem bahasa dan lain-lain.

Pengetahuan ini muncul dalam kebudayaan tertentu dan dapat berbeda dari kelompok yang satu dengan yang lain. Pengatahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak berinteraksi dengan orang lain kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dikembangkan. Contohnya dalam dunia pendidikan dasar kewajiban belajar mengenai tiga pelajaran pokok ialah: membaca, menulis dan menghitung (the three R‘s). Pengetahuan ini diperoleh bukan saja atas dasar kebutuhan-kebutuhan individualistis anak semata-mata tetapi juga dari kehidupan mereka dalam lingkungan sosial. Kebutuhan anak untuk mempelajari ketiga hal tersebut di atas muncul atau termotivasi atas prinsip bahwa masyarakat menghendaki dikuasainya kecakapan-kecakapan ini untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang berhasil.



* Kebutuhan–Kebutuhan Tertentu Yang Bergantung Dari Kondisi-Kondisi Sosial



a. Rasa Harga Diri (sense of importance)

Kebutuhan akan harga diri meliputi keinginan akan kebenaran sosial (social approval) dan keinginan perasaan berhasil. Setiap orang, bahkan seorang anak, mempunyai perasaan bahwa setidak-tidaknya, ia harus dianggap sama dengan orang lain. Rasa dibenarkan oleh masyarakat memperlihatkan adanya suatu kesuksesan dan memberikan kepuasan, baik kepada anak maupun kepada orang tua, untuk hasil-hasil yang memuaskan dalam pekerjaan disekolah, maupun untuk kesehatan rohani, adalah penting untuk menemukan sesuatu yang memungkinkan setiap murid memperlihatkan segi-segi baiknya kepada teman-teman.

b. Penyesuaian (Komformitet)

Tekanan-tekanan sosial atau perangsang-perangsang sosial pada anggota-anggota baru dari suatu lingkungan menimbulkan suatu kebutuhan untuk berperan sebagai anggota-anggota sosial yang lain.Tekanan sosial akan sangat terasa dalam lapangan moral.

Tindakan-tindakan moril ialah tindakan-tindakan yang menurut ukuran-ukuran yang telah ditentukan akan dikatakan benar atau salah. Tingkah laku individu yang rasionil dengan sadar dianggap benar tanpa memperhatikan apakah lingkungan sosial yang lain akan menganggapnya benar atau salah. Tingkah laku-tingkah laku yang dianggap baik atau luhur tidak boleh diharapkan akan timbul karena asosiasi yang kebetulan saja; haruslah dicari cara-cara untuk menanamkan pada anak kebutuhan-kebutuhan yang disadari untuk bertingkahlaku baik, sehingga dapat dibenarkan.



c. Kepercayaan–Kepercayaan Keluarga dan Tradisi

Bagi anak–anak adalah suatu hal yang mudah untuk menerima kepercayaan-keparcayaan orang tua tanpa kritik. Kepercayaan-kepercayaan dan tradisi-tradisi ini dapat mengenai bermacam-macam hal, seperti politik, agama, sikap terhadap orang asing dan terhadap ras-ras manusia yang lain. Anak-anak yang tumbuh dalam keadaan sedemikian ekstrim mungkin akan memiliki suatu prasangka yang sukar untuk dibenarkan atau diluruskan. Bahkan dikota-kota kecil pun bukan suatu hal yang asing untuk menemukan dua golongan penduduk; kaum priyai atau “ningrat” dan golongan menengah ke bawah. Dengan kenyataan yang ada, sekolah diharapkan juga, dapat membantu dengan jalan tertentu untuk menghapuskan perbedaan-perbedaan ini dan mengajarkan cara hidup yang dimotivasi.



II. MOTIVASI DALAM PROSES BELAJAR



Maslow mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia yang menguatkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam pemenuhannya. Maslow membedakan D-needs atau Deficiency needs yang muncul dari kebutuhan akan pangan, rasa aman, tidur dan lain-lain. Serta B-needs atau Being needs seperti keinginan untuk memenuhi potensi diri. Kita baru dapat memenuhi B-needs jika D-needs sudah terpenuhi.

Prioritas kebutuhan pertama kita adalah kebutuhan fisiologis (Phisiological needs) seperti makanan dan kehangatan, karena kita tidak bisa hidup tanpa dua hal tersebut. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi kita akan merasa aman (safety). Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita cemaskan adalah “kebutuhan sosial”, yaitu menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). Agar kebutuhan ini terpenuhi kita harus berprestasi, menjadi kompeten, dan mendapat pengakuan orang yang berprestasi dan kompeten. Begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan intelektual (intelectual needs) kita, termasuk di dalamnya adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan. Setelah kebutuhan kebutuhan intelektual di atas terpenuhi, maka muncul kebutuhan estetis (aesthetic needs) yaitu kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan. Kebutuhan terakhir manusia menurut Maslow adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri.

Para ahli psikologi pendidikan mengarahkan minatnya kearah soal motivasi yang baik. Tetapi motivasi hampir tidak dapat dikatakan baik, apabila tujuan yang diingininya tidak baik. Dapatlah disangsikan bahwa ada suatu kegiatan yang tidak bermotif. Kalau motif dari suatu perbuatan belajar ialah rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak yang dimasukkan kedalam situasi belajar akan menyebabkan pembelajaran tersebut menjadi kurang efektif dan kurang permanen jika dibandingkan dengan pembelajaran yang didukung oleh motif yang menyenangkan.

Menimbulkan motif pada seseorang pelajar ialah menggerakkan si pelajar untuk melakukan sesuatu.

Dalam proses pembelajaran motivasi ini berhubungan dengan proses yang dipergunakan untuk menggerakkan si pelajar agar melakukan segala sesuatu yang kalau tidak digerakkan tidak akan dilakukannya. Motivasi yang murni tidak dapat dipaksakan dengan tekanan-tekanan atau pujian dari luar. Motivasi yang murni itu timbul apabila maksud cukup sehat dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan.



III. SELF EFFCACY

Aspek keyakinan akan kemampuan diri merupakan salah satu karakteristik kepribadian. Aspek tersebut dinamakan self- efficacy.

Bandura menjelaskan bahwa pada dasarnya self-efficacy menentukan bagaimana orang merasakan, berpikir, memotifasi diri dan berperilaku. Perbedaan yang nyata, seseorang yang ragu akan kemampuan dirinya, cenderung akan menjauh dari tugas-tugas yag sulit yang mana hal itu dipandang sebagai ancaman pribadi bagi dirinya. Mereka memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang mereka pilih untuk dikejar.



* Dimensi Self-Efficacy

Self-efficacy bervariasi untuk masing-masing individu berdasarkan beberapa dimensi yang dimiliki, implikasi penting pada performansi atau kinerja. Bandura mengemukakan bahwa dalam pengharapan efficacy terkandung tiga dimensi yang mempunyai implikasi penting bagi performance seseorang.

a. Magnitude, yaitu dimensi yang berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka pengharapan efficacy-nya akan jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang ataupun sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan.

b. Generality, yaitu dimensi yang berhubungan dengan luas bidang tingkah laku khusus, sementara orang lain dapat menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku.

c. Strength, yaitu derajat kemantapan individu terhadap keyakinan atau pengharapan. Dimensi ini biasanya akan berkaitan langsung dengan dimensi magnitude, makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan untuk menyelesaikan suatu tugas.



* Sumber Self-Efficacy

Bandura menjelaskan bahwa keyakinan seeorang terhadap kemampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya, dikembangkan oleh 4 sumber utama yaitu :

a. Mastery Experience (penguasaan pengalaman)

Merupakan sumber efficacy yang utama, karena berdasarkan pada pengalaman individu. Secara umum, prestasi yang diperoleh dengan hasil baik meningkatkan penghargaan efficacy, hal terjadi sebaliknya bagi yang mengalami kegagalan, memiliki kecenderungan pengharapan efficacy yang rendah.

b. Vacarious Experiences

Diperoleh melalui Behavioral Models yaitu melalui pengamatan orang lain yang mampu melakukan aktivitas dalam situasi yang menekan tanpa mengalami akibat yang merugikan dapat menumbuhkan pengharapan bagi pengamat, sehingga akan timbul keyakinan bahwa nantinya ia juga akan berhasil jika dia berusaha secara intensif dan tekun. Proses modeling tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap self efficacy. Bertambahnya derajat self efficacy disebabkan oleh pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dan sebaliknya menurunnya derajat self efficacy disebabkan oleh pengamatan akan derajat kegagalan akan kemampuan orang lain.

c. Social Persuasion

Self efficacy dapat diperoleh melalui sosial persuasi. Kepercayaan diri orang lain dapat menambah atau mengurangi self-efficacy, yaitu :

1. Peringatan atau kritik dari sumber yang dipercaya dapat menambah kekuatan self-efficacy.

2. perilaku yang dipaksa agar tampak seperti perilaku realistis dapat mengurangi kekuatan self-efficacy.

Sosial persuasi paling efektif jika dikombinasikan dengan performansi keberhasilan dan dapat meyakinkan individu untuk berbuat sesuatu dan apabila perilaku tersebut berhasil, maka pencapaian reward verbal akan menambah keyakinannya.

d. Keyakinan Fisik dan Emosional.

Perasaan yang kuat biasanya memiliki performansi yang lebih rendah; ketika pengalaman seseorang menunjukkan ketakutan yang hebat, kecemasan yang sangat atau rasa stres mencapai puncaknya. Mereka memiliki kecendrungan pengharapan akan efficacy yang rendah. Individu lebih mengharapkan akan berhasil jika tidak mengalami gejolak daripada jika mereka menderita tekanan, goncangan dan kegelisahan yang mendalam.



* Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy

Self-efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Sifat tugas yang dihadapi, ada sebagian situasi-situasi atau jenis tuga syang menuntut kinerja yang lebih sulit dan berat daripada tugas yang lain. Jenis tugas tersebut mengandung tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda-beda, aspek kompetitif.

b. Intensif eksternal, yang berupa reward yang diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

c. Status atau peran individu dalam lingkungan, semakin tinggi status sosial seseorang, makin tinggi rasa percaya diri dan makin besar penghargaan dari orang lain dan sebaliknya, semakin rendah rasa percaya diri, maka semakin kecil penghargaan orang lain.

d. Informasi tentang kemampuan dirinya, self-efficacy seseorang akan meningkat/menurun jika ia mendapat informasi yang positif/negatif mengenai dirinya.





IV. SELF- REGULASI



Menurut Piaget unsur yang paling penting dalam perkembangan pemikiran seorang anak adalah adanya mekanisme internal yang disebut ekuilibrium. Ini merupakan self-regulasi, yaitu suatu pengaturan dalam diri seseorang berhadapan dengan rangsangan atau rangsangan dari luar. Berhadapan dengan lingkungan luar, seseorang mengalami ketidakseimbangan (desekuilibrium) dalam dirinya. Karena mengalami ini ada usaha intrinsik untuk mengusahakan ekuilibrium dengan cara melakukan asimilasi atau akomodasi proses untuk menjadi ekuilibrium itu disebut ekuilibrasi. Ekuilibrasi ini sering juga disebut motivasi dasar seseorang yang memungkinkannya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.

Untuk mengembangkan pengetahuan anak maka seorang anak harus mengembangkan self-regulasi untuk mencapai ekuilibrasi dalam proses pemikirannya.



V. KEBUTUHAN BERPRESTASI ; KEBUTUHAN OTONOMI ; DAN TUJUAN DARI SISWA.

Pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh murid dalam berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu kegiatan murid dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting.

Proses belajar harus membantu dan memungkinkan murid aktif mengkonstruksikan pengetahuannya. Tekanan lebih pada murid yang aktif dan bukan guru yang aktif. Dalam kaitan ini, menjadi penting bagi seorang guru unutk mengerti cara berpikir murid, pengalaman murid, dan bagaimana murid mendekati suatu persoalan. Guru perlu menyediakan dan memberi bahan sesuai dengan taraf perkembangan kognitif murud agar lebih berhasil membantu murid berpikir dan membentuk pengetahuan.

Menurut Piaget, hal yang dapat menjadi motivasi intrinsik dalam diri seseorang untuk memajukan pengetahuannya adalah :

1. adanya proses asimilasi ; tindakan asimilasi ini akan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang dengan hal yang baru yang sedang ditemukan. Agar proses adaptasi dan asimilasi ini berjalan bagus, diperlukan kegiatan pengulangan dalam suatu latihan dan praktek.

2. adanya situasi konflik yang merangsang seseorang mengadakan akomodasi ; keadaan konflik diperlukan untuk merangsang seseorang mengadakan akomodasi atau perubahan pengetahuan. Pengajar dalam hal ini memerlukan tanda-tanda konflik dan tahu bagaimana menciptakan situasi konflik agar murid tertantang secara kognitif mengubah dan mengembangkan pengetahuannya.

Sabtu, 04 April 2009

Curriculum Innovation in Schools

Curriculum Innovation in Schools

Ofsted, 2nd October 2008

On Thursday October 2nd 2008 Ofsted published its Curriculum Innovation report.

One of the twelve high performing primary schools listed in the report is a school using the International Primary Curriculum. Seven of the twelve were using a thematic approach to their curriculum.

The aim of the report was to identify factors which contribute to successful curriculum innovation in schools. Four categories of innovation were identified and the high performing schools studied had introduced at least one of these four categories of curriculum innovation. These factors were:

Organising the curriculum around themes which drew from different subjects.

Reorganising the school day or adjusting the school year to allocate longer blocks of time to activities.

Introducing a number of pathways through Key Stages 3 and 4 in order to meet the needs of learners of all abilities and interests.

Developing pupils’ learning skills.

The report concluded that these innovations ‘led to clear improvements in pupils’ achievements and personal development’ with the most successful schools basing their reforms on ‘considerable background research into theories of learning and different ways of approaching the curriculum.’

The aim of the report was to identify factors which contribute to successful curriculum innovation in schools. Four categories of innovation were identified and the high performing schools studied had introduced at least one of these four categories of curriculum innovation. These factors were:
1. Organising the curriculum around themes which drew from different subjects.
2. Reorganising the school day or adjusting the school year to allocate longer blocks of time to activities.
3. Introducing a number of pathways through Key Stages 3 and 4 in order to meet the needs of learners of all abilities and interests.
4. Developing pupils’ learning skills.

The report concluded that these innovations ‘led to clear improvements in pupils’ achievements and personal development’ with the most successful schools basing their reforms on ‘considerable background research into theories of learning and different ways of approaching the curriculum.’

Some key highlights:
* The report gives schools the confidence to take a more thematic approach to their curriculum if approached in a rigorous way.
* The report emphasises that Ofsted inspection judgements are mainly determined by the outcomes for learners rather than the style of curriculum delivery.
* The report focuses on the development of learning skills.
* The report highlights the value of developing personal and social skills.
* The report highlights the value of developing children’s’ understanding of how the brain works, of learning styles and of multiple intelligences.
* The report highlights the value of collaborative work; allowing children to help each other to learn and to work together to refine and develop their ideas.
* The report states that “the most successful innovations focused on developing a range of essential skills and attitudes for pupil’s personal development, which underpinned their ability to learn effectively.”

Disiplin Tanpa Ancaman

Disiplin Tanpa Ancaman

Kebanyakan orang tua menggunakan ancaman untuk mengontrol perilaku anak, terutama saat kondisi tidak menguntungkan (misalnya saat lelah, banyak pekerjaan, atau terburu-buru). Hal ini tidak saja membuat anak kehilangan harga dirinya, tetapi juga menimbulkan ketakutan pada diri anak dan menyebabkan ia memberontak melawan anda.

Berikut ini adalah cara-cara yang dapat anda gunakan untuk menghindarkan anda dari “keharusan” mengeluarkan ancaman :

1. Anda ingin si kecil : Pergi ke ranjangnya dan tetap berada di sana
Daripada : “Jika kamu pergi dari ranjangmu sekali lagi, Mama akan marah”
Katakan : “Setelah Mama mengantarmu ke ranjang, Mama ingin kamu tetap diam disana”
Alasan : Perilaku yang diharapkan dinyatakan dengan jelas dan tanpa emosi

2. Anda ingin si kecil : Menghabiskan makan malamnya
Daripada : “Kamu harus tetap duduk di meja makan sampai kamu menghabiskan makananmu”
Katakan : “Sebentar lagi waktunya tidur lho… Tidak ada waktu lagi untuk makan cemilan”
Alasan : Membiarkannya mengambil keputusan

3. Anda ingin si kecil : Menggosok gigi
Daripada : “Tidak ada cerita sebelum tidur jika kamu tidak mau menggosok gigi”
Katakan : “Sekarang waktunya tidur. Apa yang ingin kamu lakukan lebih dulu ? “
Alasan : Memberitahunya saat ini adalah waktu untuk melakukan “ritual sebelum tidur” tanpa menghukum

4. Anda ingin si kecil : Berperilaku baik di toserba
Daripada : “Berhenti berlari-lari sekarang juga, atau kamu tidak boleh menonton TV”
Katakan : “Bisa tolong Mama mencari sereal kesukaanmu ?”
Alasan : Mengalihkan perilaku negatif dan menawarkan alternatif perilaku positif

5. Anda ingin si kecil : Meminta tanpa merengek
Daripada : “Jika kamu merengek sekali lagi, Mama akan ambil mainanmu”
Katakan : “Mama mau mendengarkanmu, tapi kamu harus mengucapkannya dengan jelas agar Mama mengerti”
Alasan : Memberitahunya bahwa anda mau mendengarkan permintaannya, tapi tidak menyukai caranya meminta

6. Anda ingin si kecil : Merapikan mainannya
Daripada : “Kamu tidak akan mendapat makan malam sebelum kamu membereskan mainanmu”
Katakan : “Ayo ambil mainanmu dan letakkan di kotaknya. Kamu mau melakukannya sebelum atau sesudah makan ?”
Alasan : Anda menyatakan harapan anda dengan jelas, dan memberikan si kecil pilihan

7. Anda ingin si kecil : Berhenti mengadu
Daripada : “Mama tidak akan mendengarkan ocehanmu”
Katakan : “Sepertinya kamu kesal dengan kakakmu. Kamu perlu memberitahunya kenapa kamu kesal padanya”
Alasan : Membantu si kecil mengerti bahwa mereka perlu menyelesaikan masalah mereka sendiri

8. Anda ingin si kecil : Bersikap tenang dalam mobil
Daripada : “Jika kamu berteriak sekalli lagi, kita akan pulang saja”
Katakan : “Mama jadi sulit untuk menyetir. Kita harus berhenti sampai kamu bisa tenang”
Alasan : Memberitahunya akibat, batasan dan konsekuensi dari perilakunya

Sumber : diterjemahkan secara bebas dari www.babycenter.com

Memandang dari Balik Pagar Sekolah Bertaraf Internasional

Memandang dari Balik Pagar Sekolah Bertaraf Internasional
Teguh Priyanto

(ANTARA News) - Scope adalah wajah lain pendidikan Indonesia. Pada festival yang digelar di salah satu sudut ruang Jakarta Convention Center (JCC) ini takkan didapati wajah tiris guru Indonesia, gedung sekolah rombeng nan mengenaskan, atau potret murid berambut kusam yang pergi sekolah tanpa alas kaki.

Scope adalah sebenar-benarnya surga pendidikan Indonesia, gedung sekolah nan megah yang halamannya berhias taman-taman asri, diasuh oleh guru-guru berdasi dan berparfum wangi, siswa-siswinya berkulit bersih dan senantiasa tersenyum ceria karena selalu optimis akan masa depan yang gilang-gemilang.
Simaklah, nama-nama sekolah itu juga teramat keren, seperti sekolah-sekolah di luar negeri; High/Scope Indonesia, Beacon Academy, Modern Montessori International, Sinarmas World Academy, Sekolah Cita Buana, Madania Progressive Indonesian School, Singapore Productivity and Standards Board (PSB Singapore) School, Sekolah Global Jaya, Sekolah Bina Nusantara, Kinderfields, Ipeka International Christian School, Tiara Bangsa School, Ichtus International School, Victory Plus School atau Mentari School.
Kata "International" yang terselip pada nama sekolah-sekolah itu seolah dirancang untuk meneguhkan kesan bahwa sekolah itu memang sekolah bertaraf internasional. Setidaknya sekolah-sekolah itu telah mengadopsi kurikulum internasional seperti "International Baccalaureate" (IB), Global Assesment Certification (GAC), International Primary Curriculum (IPC), ataupun kurikulum Western Association of Schools an Collage (WASC). Seolah itu juga tergabung dalam Asosiasi Sekolah Nasional Plus - Bertaraf Internasional (ANPS-BI).
Sekolah-sekolah itu juga menawarkan fasilitas-fasilitas pendidikan paling prima; ruang kelas berpenyejuk udara, kolam renang berstandar "Olympic", "wifi zone", laboratorium "Information Communication Technology" (ICT) yang terhubung dengan koneksi internet terjaga, "assembly hall", dan pendekatan pengajaran berstandar internasional yang dijamin mengasyikkan dan tak membosankan siswa-siswinya.
"Di sekolah kami setiap siswa akan mendapatkan satu 'laptop'. Karena kami yakin di masa datang siswa-siswi ini akan menghadapi derap teknologi yang makin cepat. Mereka adalah 'native ICT, beda dengan kita yang 'migrant'," kata salah seorang penjaga stan Sinarmas World Academy, sekolah milik taipan grup Sinar Mas, yang turut ambil bagian dalam pameran "School Plus Expo (Scope) Indonesia 2008" itu.
Promosi yang dilakukan sekolah yang terletak di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai itu terlihat sangat provokatif. Stan Sinarmas World Academy dipenuhi komputer dan laptop Apple Macintosh generasi terbaru lengkap dengan simulasi dan aplikasi program yang dijanjikan bakal diperoleh siswa jika mendaftar di sekolah itu.
Sang penjaga stan juga tak kalah agresif. Dengan cekatan ia memberikan penjelasan tentang fasilitas yang bakal didapat jika orang tua sudi menyekolahkan di Sinar Mas. "Sekolah kami menerapkan kurikulum IB (International Baccalaureate), yang telah dipakai banyak sekolah bertaraf internasional di Indonesia dan dunia," katanya.
Ruang Merak Jakarta Convention Center memang menjadi hiruk pikuk, karena sekolah-sekolah bertaraf internasional saling berlomba memancing simpati pengunjung pameran pendidikan yang diikuti lebih dari 40 sekolah itu.
Stan sekolah lain tak kalah agresif. Dengan mengacu pada kurikulum "Singapore's Ministry of Education (MoE) dalam mata pelajaran pokok seperti Bahasa Inggris, matematika, dan "science", PSB Singapore School menjanjikan siswa-siswinya akan mendapatkan pembelajaran berstandar kelas dunia.
"Seluruh siswa kelas enam PSB akan mengikuti test ujian tahap akhir Sekolah Dasar Internasional Singapura (iPSLE) dan pada akhir tingkat 'secondary four' siswa akan menjalani tes Sertifikat Umum Pendidikan Menegah Umum Internasional Cambridge (IGCSE). Cambridge IGCSE adalah ujian yang diakui oleh universitas dan perusahaan terkemuka dunia," kata Arman Jovian dari Secondary 1, Singapore PSB Schools Jakarta.
Demi meneguhkan kelasnya sebagai sekolah internasional, sejumlah sekolah seperti Global Jaya, Tiara Bangsa, dan Beacon Academy merasa perlu mengundang guru ekspatriat untuk mengajar dan bahkan memimpin sekolah itu.
Beacon Academy harus mengundang Steven Herrod, sebagai principal eksekutif sekolah yang terletak di kawasan Sunter itu. Global Jaya, sekolah milik taipan properti Ciputra merasa perlu mengundang Richard F Henry sebagai "executive principal", sekolah yang terletak di Bintaro itu. Dayl Forde dari Australia dipercaya untuk memimpin Sekolah Tiara Bangsa, dan Sinarmas Academy menyerahkan pengelolaan sekolahnya pada Kathryn Young, pendidik berkebangsaan Australia yang telah delapan tahun mengajar di Indonesia.
Steven Herrod datang ke Beacon Academy Indonesia memang dengan bekal memadai. "Di Beacon kami memperkenalkan International Primary Curriculum (IPC). Kami adalah sekolah nasional pertama yang melaksanakan IPC. Kurikulum ini telah diterapkan di 330 sekolah di 44 negara," katanya.
Kehadiran para pendidik dari mancanegara, kata Nurcahyani (33), salah seorang pengunjung Scope, menjadi daya tarik untuk memilih sekolah bagi anaknya. "Pengajar ekspatriat setidaknya memiliki pengalaman pendidikan yang lebih mendukung. Mereka dibesarkan dalam iklim pendidikan yang lebih maju, diharapkan budaya belajar mereka dapat diikuti oleh anak-anak kita," katanya.

Namun diakui, orangtua harus merogoh kantong yang lebih dalam untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah bertaraf internasional yang mempekerjakan pendidik asing.

Harga fantastik
Berapa harga yang harus dibayar, agar anak-anak Indonesia bisa belajar di sekolah-sekolah bertaraf Internasional itu? Sekolah Global Jaya, dalam lembar informasi pendaftaran, mencantumkan development fee (biaya pengembangan/uang pangkal) sebesar Rp 73 juta untuk enam tahun. Sedangkan tuition fee atau SPP-nya dipatok Rp 43,45 per tahun untuk taman kanak-kanak dan Rp 52,8 juta per tahun. Biaya itu belum termasuk biaya ekstrakulikuler yang mendatangkan guru atau instruktur dari luar sekolah.
Sinarmas World Academy tak kalah mahal. Total biaya pendidikan untuk kelas 1-4 yang dipungut sekolah per tahun mencapai Rp 80 juta, kelas 5-6 sebesar Rp 82 juta per tahun dan kelas 7-10 (SMP) 89 juta per tahun.
"Tapi jika anak Anda masuk pada tahun ini, kami akan memberi diskon Rp 11,2 juta di setiap level. Jadi jika anak Anda masuk kelas 5, pada tahun pertama Anda 'hanya' perlu membayar Rp 69,9 juta dan pada tahun kedua Rp 69,9 juta juga," kata seorang marketing Sinarmas.
PSB Singapore School bahkan tak menerima rupiah. Sekolah yang memiliki kampus di kawasan Kelapa Gading dan Kebon Jeruk itu menetapkan biaya dalam notifikasi dollar AS. Pada 2008, PSB menetapkan uang pendaftaran 300 dollar AS (sekitar Rp 3 juta), "upfront payment" (uang muka) sebesar 2.000 dollar AS (Rp 20 juta) dan installment plan (uang pangkal) sebesar 3.000 dollar AS (Rp 30 juta).
PSB juga menetapkan SPP yang berbeda di setiap level. Untuk kelas kelompok bermain hingga TK, PSB mengutip biaya antara 1.200 - 3.000 (sekitar Rp 12 juta hingga Rp 30 juta per tahun), kelas 1-6 SD, SPP yang dipungut antara 3.800 - 4.100 dollar AS. Sedangkan pada jenjang SMP, PSB mengutip biaya 4.800 - 5.600 dollar AS (sekitar Rp 48 juta - Rp 56 juta). Di luar itu PSB juga masih mengutip biaya kegiatan sebesar 250 - 300 dollar AS.
Untuk ukuran sekolah bertaraf internasional, Sekolah Bina Nusantara (Binus) dan Madania Progressive Indonesian School mengutip biaya pendidikan sedikit lebih rendah. Level Primary Binus Serpong misalnya "hanya" mengutip uang pangkal Rp 22 juta dan SPP Rp 1,5 juta per bulan. Sekolah Madania mengutip uang pangkal sebesar Rp 40 juta dan SPP Rp 1,5 juta untuk level SD.
Dengan mengutip biaya yang fantastik itu, Sekolah Global Jaya memberikan janji pembelajaran yang tidak "biasa". "Alumni sekolah Global Jaya terbukti telah meraih sukses dalam berbagai profesi yang dipilihnya di seluruh dunia. Itu adalah bukti dari realisasi keluaran pendidikan kami.

Guru kami yang berdedikasi tinggi ditraining dengan baik akan mengimplementasikan pembelajaran berstandar internasional bagi anak-anak dari TK hingga SMA," kata Executive Principal Sekolah Global Jaya, Richard F. Henry.
Beacon Academy menjanjikan pengembangan akademis dan pribadi bagi siswanya. "Lingkungan kami yang hangat dan penuh kepedulian, ukuran kelas yang kecil dan pendidik yang berpengalaman dan penuh perhatian, akan memastikan siswa kami dapat mencapai standar akademis yang tinggi," kata Direktur Beacon Education Indonesia, Ricard Sidharta.

Elitis
Dengan harga pendidikan yang sefantastik itu, sekolah bertaraf internasional seperti Global Jaya, PSB Singapore School, ataupun Sekolah Tiara Bangsa, memang hanya dapat dijangkau kalangan berkantong tebal.
"Sekolah semacam itu hanya ada diangan-angan saya saja. Karena tak mungkin saya menyekolahkan anak saya ke sekolah-sekolah itu, kecuali jika pendapatan kami puluhan juta per bulan," ujar Dedy Aryanto, salah seorang pengunjung pameran.
Dedy, yang merupakan karyawan sebuah bank di kawasan SCBD, Jakarta, mengaku telah mengalokasikan sekitar 15-20 persen untuk kebutuhan sekolah anaknya, tapi ia hanya bisa menjangkau sekolah swasta papan tengah, dengan tarif SPP di bawah Rp 1 juta dan uang pangkal sekitar 10 juta.
Di Indonesia, yang 60 persen penduduknya memiliki kondisi lebih buruk dari Dedy, tentu makin sulit menggapai pendidikan bermutu itu.
Laporan UNESCO dalam "2009 EFA Global Monitoring Report", yang dikeluarkan akhir 2008, masih menempatkan posisi Indonesia pada nomor 71 dari 129 negara dalam pencapaian Education For All (EFA).
Posisi EFA Development Index (EDI) Indonesia berada jauh di bawah Brunei Darussalam yang berada di urutan 36 dan Malasyia di urutan 45. Penilaian tersebut sealur dengan laporan "2008 An Asia-Pacific Citizens- Report Card Rating Governments Efforts to Achieve Education for All", diterbitkan ASPBAE dan Global Campaign for Education, yang memberi skor C- (skala penilaian antara A+ sampai F) pada pemerintah RI.
Gambaran yang sama diungkap Human Development Report 2007/2008, dimana Indonesia ditempatkan pada ranking 107 dalam Indeks Pembangunan Manusia yang dibuat UNDP PBB. Posisinya satu tingkat lebih baik dari tahun sebelumnya, namun masih tertinggal dari negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam (peringkat 105), Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam (peringkat 30), Malaysia (peringkat 78), Thailand (peringkat 78) dan Filipina (peringkat 90).

Menurut badan itu, kurang dari 10 persen anak Indonesia yang mendapatkan pendidikan bermutu dan bersekolah di sekolah berstandar Internasional. Selebihnya, anak-anak Indonesia hanya dapat Melihat dari balik pagar.

(http://www.antara.co.id/arc/2008/12/23) 23/12/08 22:38

Disiplin Pada Rentang Usia Tertentu

Disiplin Pada Rentang Usia Tertentu

Usia hampir satu tahun

Si kecil anda yang baru belajar berjalan dan bicara sudah dapat mengerti arti perkataan "tidak". Namun, keterbatasan kemampuannya dan keinginannya yang semakin besar untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, seringkali menjadi sumber kemarahan anda. Ingatlah bahwa bersikap lembut terhadap si kecil di usia ini tidak akan memanjakannya atau menyebabkannya memiliki masalah perilaku dikemudian hari.

Pahami ketidakmampuannya memahami penyebab kemarahan anda. Instinngnya memungkinkan si kecil mengetahui bahwa yang dilakukannya “susu yang ditumpahkannya ke baju anda, tas yang dibongkarnya“ dapat memicu kemarahan anda. Tetapi ia belum memahami penyebab kemarahan anda. Teriakan atau hukuman secara fisik, akan diartikannya sebagai hilangnya rasa sayang anda kepadanya. Sebelum ia dapat mengerti penyebab kemarahan anda, ia tidak memperoleh pelajaran apapun dari hukuman yang anda berikan. Kelak, jika hal ini sudah berada dalam jangkauan pemahamannya, ia akan dapat belajar tanpa perlu dihukum.

Pahami keterbatasan kemampuan ingatannya. Seandainya si kecil anda menarik asbak dari meja kopi dan memecahkannya. Anda mungkin akan berpikir bahwa anda pantas memarahinya karena anda telah berulang kali melarangnya menyentuh asbak dan seharusnya ia lebih berhati-hati. Tapi pikirkanlah kembali. Ia menyentuh asbak itu karena benda itu tergeletak disana : keingintahuannya menyebabkan ia ingin menyelidiki benda itu, tetapi ingatan serta pemahamannya belum cukup baik untuk "mengingatkan"nya bahwa benda itu adalah benda terlarang. Ia memecahkannya karena ia belum memiliki kemampuan untuk memperlakukan barang dengan hati-hati. Jadi, apakah kejadian ini sepenuhnya merupakan kesalahannya ? Lebih baik anda menyimpan barang pecah belah kesayangan anda di luar jangkauannya.

Pahami perbedaan persepsinya dengan anda. Seandainya si kecil anda menumpahkan makanannya ke lantai yang baru saja dibersihkan. Anda berkata bahwa "ia seharusnya tahu". Betulkah ? Beberapa menit yang lalu anda membantunya menumpahkan balok-balok mainannya ke lantai. Apakah anda berpikir bahwa ia telah memiliki persepsi yang sama dengan anda, tentang perbedaan antara makanan dan mainan ? Tentu saja tidak. Pada usia ini, ia belum memiliki persepsi yang sama dengan anda. Jadi berusahalah untuk "berempati" terhadap keterbatasannya.

# Usia 1 hingga 2-1/2 tahun

Selama masa-masa ini, si kecil anda "berhenti" menjadi bayi. Bila anda tetap memperlakukannya sebagai bayi, ia akan melawan anda untuk meraih kemandiriannya karena ia harus mendapatkannya. Tetapi ia juga belum sepenuhnya dapat mengerti arti disiplin dan kerjasama. Pada masa ini, cara terbaik adalah dengan mengarahkannya agar ia memiliki keinginan yang sama dengan anda.

Cara ini bukan saja mendatangkan hasil jangka pendek, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang yang penting. Anak yang diarahkan dengan cara ini, yang belum dapat membedakan antara benar dan salah (dan karenanya belum dapat memilih untuk bersikap baik) akan tumbuh dewasa. Akan ada masanya ia mengingat instruksi anda dan melihat hasil dari tindakannya, mengerti arti perkataan anda, mengenali perasaan anda.

Ketika saat itu tiba, anak akan dapat memilih untuk bertindak "baik" atau "buruk" dengan suatu tujuan. Pilihannya akan tergantung pada perasaannya terhadap orang dewasa yang dirasakan istimewa dan berpengaruh baginya. Bila ia mencapai masa ini dengan perasaan bahwa anda selalu mencintainya, berada dipihaknya, seringkali ia akan memilih untuk menyenangkan anda dan bersikap sesuai harapan anda. Tetapi bila ia berperasaan bahwa anda otoriter, tak dapat dimengerti, tak berpihak kepadanya, ia akan memutuskan untuk tidak berusaha menyenangkan anda, tidak mempedulikan perasaan anda, karena anda terlalu sering “melawan”nya, serta tidak membalas kasih sayang yang ia tunjukkan pada anda.

Ubah tugas menjadi permainan atau tantangan. Seandainya ia membiarkan balok-balok mainannya tersebar di seluruh lantai kamar, dan anda ingin ia merapikannya. Bila anda menyuruhnya mengumpulkan balok-balok tersebut, ia akan menolak. Bila anda berkeras, akan terjadi “pertempuran” dengannya dan anda tidak dapat memenangkannya. Anda dapat berteriak, menghukum, tapi tak satupun yang dapat membuatnya mengumpulkan balok-balok itu. Tetapi jika anda mengatakan,”Pasti kamu tak bisa mengumpulkan balok-balokmu secepat Mama membereskan buku-buku ini”, anda telah merubah sebuah tugas menjadi permainan, sebuah tantangan. Sekarang ia akan melakukannya, karena ia menginginkannya. Ia mengumpulkan balok-balok itu bukan “untuk Mama”, atau “untuk menjadi anak baik”. Ia melakukannya karena anda membuatnya ingin melakukannya. Arahkan si kecil anda bukan dengan memberikannya perintah, melainkan dengan membuatnya bertindak seperti yang anda inginkan, karena tidak satupun hal yang dapat membuatkan bertindak sebaliknya (apa ada anak yang tidak ingin membuktikan dirinya bisa seperti atau lebih hebat dari Mama ?)

Minta ia ikut bertanggungjawab pada kesalahannya. Seorang bayi akan menjatuhkan mangkuk buburnya untuk memenuhi rasa keingintahuannya, bukan karena ingin membuat anda kesal. Tapi, anak usia 1 – 2 tahun telah memiliki kemampuan untuk sengaja menumpahkan makanan agar orangtuanya membersihkan untuknya. Titik balik ini terjadi saat si kecil memiliki kemampuan untuk mengetahui saat ia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukannya, dan kemampuan ini muncul kira-kira saat ulang tahunnya yang pertama. Jika ia melihat pada anda setelah ia menumpahkan makanan, anda akan tahu saat itu telah tiba. Katakan kepadanya,”Wah, kamu menumpahkan makanan. Ayo, bersihkan sama-sama” dan minta ia untuk membantu anda memunguti makanan yang berceceran. Setelah itu, dudukkan ia kembali ke kursinya, berikan makanan pengganti atau akhiri acara makan.
# Usia 2 – 4 tahun

Anda belum dapat mengharapkan si kecil untuk dapat mengontrol dirinya sendiri setiap waktu, sebaik atau sesering apapun anda menjelaskan hal itu kepadanya. Daripada terlalu sering mengatakan "tidak" kepadanya, akan lebih baik tunjukkan apa yang seharusnya dilakukan.

Gunakan kalimat positif. Si 2 tahun akan lebih merespon instruksi positif ketimbang instruksi negatif. Jadi, daripada berteriak,”Jangan bermain bola di dalam rumah”, anda dapat mengatakan,”Ayo main bola di halaman”. Untuk si 3 – 4 tahun, anda dapat membantunya meletakkan koran di bawah prakaryanya ketimbang berteriak melarangnya mengotori lantai dengan perekat. Bila si kecil hendak melakukan sesuatu yang berbahaya, katakan padanya anda tidak memperbolehkannya – dengan kalimat positif. “Mama tidak memperbolehkanmu bermain di jalan karena Mama ingin menjagamu dari bahaya”. Bila anda perlu bergerak cepat menghindarkannya dari bahaya, gunakan peringatan singkat seperti : “Stop!” atau “Bahaya!”.

Tawarkan pilihan. Bila ia menginginkan permen sebelum waktu makan siang, tawarkan buah anggur atau apel sebagai pengganti. Seringkali si 2 tahun memilih alternatif ke dua hanya karena hal itulah yang terakhir didengarnya. Pastikan pilihan anda menjadi alternatif ke dua yang anda katakan padanya. Untuk si 3 – 4 tahun, anda dapat memintanya untuk memilih permen yang akan dimakan setelah ia menghabiskan makan siangnya.

Alihkan perhatian. Bila ia menunjuk sesuatu yang menarik perhatiannya, alihkan kepada benda lain sambil pelan-pelan arahkan ia menjauhi benda yang semula ditunjuknya. Si 2 tahun akan dengan cepat bereaksi dan teralihkan perhatiannya kepada benda yang anda tunjukkan. Kepada si 3 – 4 tahun, anda dapat mengatakan,”Kita tidak dapat bermain dengan boneka keramik ini, tetapi kita bisa mainan masak-masakan di sana itu”.

Hindari situasi yang mengharuskan anda melarangnya. Daripada terus menerus melarangnya mendekati benda pecah belah kesayangan anda, letakkan benda-benda tersebut di luar jangkauannya. Si 3 – 4 tahun akan memerlukan tempat khusus untuk bermain dengan bebas. Misalnya di pekarangan, atau relakan tembok khusus yang dapat dicoret dan digambari. Pada usia ini, acara berbelanja dengan anda dapat menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan baginya dan ia bisa diharapkan untuk berperilaku baik – dengan sedikit persiapan. Batasi waktunya selama 1-2 jam, dan lebih baik anda pergi saat toko masih sepi.

Mintalah bantuannya. Anak terlahir dengan sifat dasar ingin membantu dan kooperatif. Manfaatkanlah hal ini. Libatkan si kecil dalam tugas sehari-hari seperti mencuci sayuran, mengatur meja dan memberi makan kucing. Anda akan mengajarkan si kecil arti “membantu”, yang sangat penting baginya di kemudian hari. Walau saat ini tampaknya membantu bukanlah bagian dari kedisiplinan, namun jika anda mengajarkan si kecil untuk siap membantu dan bersikap kooperatif, anda dapat memintanya kelak jika anda membutuhkan. Katakanlah, si kecil selalu rewel setiap anda menyuruhnya duduk di carseat saat hendak bepergian. Mintalah ia untuk menjadi “boss seatbelt” dan memeriksa apakah setiap orang sudah mengenakan seatbelt. Maka dengan sendirinya ia harus mau duduk di carseat dan menjadi contoh yang baik sebelum ia dapat memeriksa orang lain.

Abaikan sedikit ketidakpatuhan. Walaupun anda menginginkan si kecil belajar mengenai disiplin, jangan halangi keinginannya untuk bereksplorasi. Bila ia tidak dalam kondisi yang membahayakan, dan anda tidak harus berkata “tidak”, biarkan ia melakukannya. Jika si 2 tahun anda tiba-tiba bermain di genangan air dalam perjalanan pulang dari taman bermain, apakah hal ini berbahaya baginya ? Jika si 3 – 4 tahun anda ia ingin tidur dengan mengenakan baju peri yang baru anda belikan untuknya, mengapa tidak ?

Katakan dengan tegas. Tentu saja, dalam kondisi dimana ia diharapkan untuk berperilaku sesuai harapan anda, tegaskan hal ini kepadanya. Katakan dengan tegas (tetapi tenang), dengan mimik muka serius,”Jangan sentuh pisau itu !”. Ini lebih baik daripada,”Tidak, jangan sayang…” yang akan membuatnya bingung dalam menerima pesan yang ingin anda sampaikan. Bila ia berperilaku sesuai yang anda harapkan, berikan ia senyuman, pelukan yang diikuti dengan perkataan seperti,”Bagus, kamu mendengarkan perkataan Mama”.

Sumber : disarikan dan diterjemahkan secara bebas dari www.babycenter.com

8 Kiat Menanamkan Disiplin pada Anak

8 Kiat Menanamkan Disiplin pada Anak

1. Belajar mengatakan “tidak” secara tegas tapi dengan, penuh kasih sayang, berwibawa, dan tanpa nada marah. Kemampuan ini akan menolong Anda dalam mendidik anak sehingga mereka mengetahui, ada batasan dalam berbuat sesuatu.

2. Selalu bersikap konsisten. Jika Anda telah mengatakan akan ada tindakan akibat dari perilakunya yang salah, terapkan “hukuman” tersebut sehingga anak tidak akan pernah mencobanya untuk memainkan Anda. Sikapnya yang tidak konsisten akan menghancurkan aturan dan disiplin.

3. Fokus dan targetkan satu atau dua perilaku yang harus ditaati dengan baik pada waktu yang bersamaan. Misalnya, makanan harus dihabiskan, makanan jangan dibuat mainan. Umumnya akan lebih efektif untuk mengajarkan anak pada satu atau dua bidang yang terfokus daripada mencoba untuk mengajarkannya sedikit-sedikit tapi dengan berbagai macam bidang yang berbeda.

4. Berlakulah seperti “bos” dan jangan malu untuk menjadi bos dalam membina hubungan dengan anak. Jika tidak, anak cenderung bertindak semaunya bagaikan anak ayam kehilangan induk dan akhirnya akan berperilaku negatif.
Anda dapat mengatakan pada anak bahwa anda adalah “bos” mereka. Tentu saja sebagai bos Anda tidak bertindak otoriter dan semena-mena.

5. Ajarkan anak disiplin, dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan cinta kasih.

6. Berikan anak pilihan-pilihan kecil, semisal baju apa yang ia sukai, mau wortel atau kacang polong. Setelah menentukan plihan, anak harus konsisten dengan pilihannya tersebut.

7. Ingat disiplin yang konsisten merupakan hal yang aman dan baik. Kepatuhan anak merupakan salah satu jaminan agar ia selamat dari bahaya. Waktu yang terbaik untuk menyiapkan diri dari dalam keadaan bahaya adalah sebelum Anda berada dalam bahaya.

8. Untuk langkah awal, ajarkan anak dengan cara memfokuskan mereka agar menurut pada aturan atau disiplin yang Anda buat. Anak sudah cukup mengerti untuk mempelajari konsep ini

Sumber : www.kompas.com

Trik Sederhana Mencari Ilmu di Internet

Trik Sederhana Mencari Ilmu di Internet

Bagi yang sering surfing di Internet akan terasa sekali bahwa tidak mudah untuk mencari ilmu di Internet. Seringkali pada saat kita surfing justru tenggelam dalam lautan informasi; terlalu enak membaca-baca tanpa tujuan yang jelas; melihat-lihat berbagai etalase informasi di berbagai situs tanpa tujuan yang jelas hanya untuk memuaskan mata & pikiran; memang pada akhirnya kita akan memperoleh banyak informasi tapi belum tentu memperoleh sesuatu yang betul-betul bermanfaat atau biasanya maksimum kita akan memperoleh berita-berita / informasi terakhir sebagai pengganti koran.

Bagi anda yang mempunyai waktu yang sempit saya yakin tidak mungkin menggunakan pola-pola di atas untuk melakukan surfing di Internet. Kita perlu menggunakan metoda / pola yang baik supaya bisa memperoleh informasi yang sangat spesifik dengan baik dalam waktu yang singkat. Satu hal yang perlu di pegang erat-erat pada saat kita surfing adalah menentukan dengan sangat jelas niat / tujuan utama pada saat surfing tersebut - apa yang akan kita cari? Pada kesempatan ini saya akan memberikan sedikit tip & trik jika kebetulan niat anda adalah mencari ilmu di Internet.

Untuk menghemat waktu & pulsa biasanya saya surfing pada pukul 4-6 pagi (subuh); pada saat itu tidak banyak orang yang menggunakan Internet sehingga pengambilan informasi dari Internet dapat dilakukan dengan cepat & effisien. Teknik-teknik untuk melakukan sinkronisasi menggunakan browser yang kita gunakan (seperti Internet Explorer) ada baiknya di kuasai supaya tidak menghabiskan waktu / pulsa untuk membaca informasi tersebut akan tetapi cukup mendownload semua informasi tersebut ke PC yang kita gunakan & membaca-nya kemudian secara off-line pada saat telepon kita putuskan. Teknik sinkronisasi pernah saya tuliskan dalam artikel sebelumnya; dan sangat penting untuk menghemat waktu dalam mendownload berbagai informasi setelah situs-nya di temukan.

Untuk mencapai situs / informasi yang tepat trik yang harus digunakan sebetulnya tidak terlalu rumit. Cara yang paling effektif / sederhana adalah:

" Menggunakan search engine di Internet.

" Menggunakan keyword yang benar.

Jika kedua hal tersebut anda lakukan dengan baik & benar maka akan diperoleh ilmu & pengetahuan yang baik.

Ada banyak sekali search engine di Internet. Search engine hanyalah memuat daftar alamat situs (berbentuk Universal Resource Locator - URL) & subjek yang di bawa situs tersebut saja. Search engine umumnya tidak membawa informasi itu sendiri. Beberapa search engine favourite saya adalah:

http://www.yahoo.com

http://www.infoseek.com

dan untuk mencari hal-hal yang berkaitan untuk pendidikan anak-anak saya biasanya menggunakan:

http://www.yahooligans.com

Tampak pada gambar adalah tampilan yahooligans.com. Saya sangat menyarankan bagi anda yang mempunyai putra-putri untuk menggunakan situs ini untuk mencari hal-hal yang bermanfaat untuk menunjang pendidikan anak.

Yahoo.com & infoseek.com mempunyai karakteristik yang berbeda; biasanya jika kita mencari hal-hal yang cukup solid atau mencari dalam kerangka institusi, negara dll saya biasanya menggunakan yahoo.com. Untuk hal-hal yang betul-betul baru atau belum terstruktur dengan baik maka saya menggunakan infoseek.com.

Selanjutnya adalah penggunakan keyword yang tepat. Keyword tersebut di ketikan ke dalam kolom yang kosong di search engine. Tampak pada contoh situs yahooligans.com kolom untuk memasukan keyword terletak di sebelah tombol "search".

Keyword favourite saya adalah:

FAQ

Whitepaper

FAQ adalah Frequently Asked Questions (FAQ). Sesuai namanya FAQ akan memuat berbagai jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan dalam sebuah bidang. Saya biasanya menggunakan FAQ sebagai awal dalam mencari berbagai informasi / pengetahuan yang saya butuhkan.

Whitepaper adalah istilah bagi berbagai ilmu / informasi yang memang di sebarkan secara gratis / cuma-cuma di Internet. Kita cukup menambahkan beberapa keyword tambahan yang menjelaskan tentang ilmu / informasi yang spesifik yang kita cari, contoh:

Faq gardening

Whitepaper telecommunication

Faq distance learning

Dengan menggunakan rangkaian keyword tersebut hampir di jamin anda akan memperoleh informasi / pengetahuan yang anda cari. Tentunya karena kita menggunakan internet maka informasi / pengetahuan yang terbanyak umumnya mengunakan bahasa inggris - konsekuensi-nya keyword yang digunakan sebaiknya dalam bahasa inggris agar kemungkinan memperoleh ilmu yang di cari dapat maksimal.

Selamat mencoba.
___________
Dr. Onno W Purbo -- Praktisi Teknologi Informasi.

Metode Project Based Learning (PBL) dalam Mata Diklat KKPI

Metode Project Based Learning (PBL) dalam Mata Diklat KKPI

Minggu, 2007 September 16
Pengintegrasian TIK dalam Beberapa Improvisasi KBM (2)

Sebelum menulis artikel kedua ini saya sampaikan terima kasih dan salam buat pak Marta Adi (Microsoft), Bona, Khalid, Cucu, pak Rachmad, pak Budi dan Hendro. Karena saya banyak belajar dari beliau-beliau ...:)

Penggunaan metode Project Based Learning dapat diterapkan dengan salah satu mata diklat atau mata pelajaran yang sesuai.... dan hasilnya cukup bagus untuk perkembangan jiwa siswa serta sebagai guru. Contoh pada mata diklat KKPI yang menggunakan standart nasional dengan sistem ujian online dari VEDC Malang made in Rafie, Pak Joko dkk, coba dipadukan dengan metode PBL, sebagai salah satu upaya untuk merubah convensional system ke modern system dalam KBM.

Project Based Learning ( PBL) adalah cara untuk mengubah metode belajar mengajar dari yang tradisional ke modern, dimana pihak instruktur yang aktif ( teacher-centered ), menjadi student-centered.

Dalam PBL, para peserta didik belajar dan bekerja dengan cara kerja sama untuk memecahkan permasalahan dan akhirnya menyajikan hasil pekerjaan mereka kepada audience untuk di presentasikan.

Memilih topik, object dan metode yang tepat hendaknya direncanakan dahulu, karena beberapa faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan PBL , diantaranya :
1. Relevant, PBL menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan para peserta didik secara kompleks, dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
2. Challenging , PBL mendorong para peserta didik untuk memecahkan permasalahan secara kompleks.
3. Motivating, PBL dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk lakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
4. Interdisciplinary, PBL memerlukan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.
5. Authentic, PBL melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
6. Collaborative, PBL mengadakan kerja sama/kolaborasi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan instruktur, untuk memperluas komunitas, sehingga terjadi saling memberi dan menerima.
7. Fun, membuat suasana kelas menyenangkan, sehingga peserta didik maupun instruktur menikmatinya.

Peran instruktur atau guru dalam PBL sebaiknya sebagai Fasilitator, Pelatih, Penasehat dan Perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

Adapun beberapa hambatan dengan metode ini PBL al :
1. Kebanyakan permasalahan " dunia nyata" yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajar dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2. PBL memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
3. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
4. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional , dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
5. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah dll

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman... artinya belajar tidak harus di dalam ruang kelas.

Kesimpulan :
1. Project Based Learning adalah salah satu metode yang sangat efektif untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
2. Dengan TIK dapat menimbulkan suasana menyenangkan dalam proses belajar mengajar dan dalam melaksanakan tugas.
3. Dengan TIK kita dapat meningkatkan improvisasi, kreasi dan inovasi baik untuk siswa maupun guru.

Saya berharap adanya pengembangan yang lebih inovatif dari teman-teman, walau tulisan saya ini hanya sekedar memotivasi siswa untuk belajar yang lebih menyenangkan...:)

Macam-Macam Metode Pembelajaran

Macam-Macam Metode Pembelajaran


Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

Beberapa metode mengajar

1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT)
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1) Penyampaian materi oleh guru.
2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3) Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

5. Metode resitasi (Recitation method)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen : (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.


15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

16. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.